Terminalku, rumahku
“Monggo Nasi, Kopi, es tehnya mas” Kata pedagang asongan bus yang sedang berjualan
di terminal bungurasih Surabaya. Setiap pagi Ibu Jamillah pergi ke pasar untuk
menyiapkan bahan-bahan untuk dijual pada saat berjualan di terminal.
Jamillah di
rumah tinggal tingal bersama suami, serta 2 orang anaknya dan ayah dari Jamillah
yang sudah berumur 80 tahun. Jamillah dan keluarga sangat menikmati kehidupan
serta pekerjaan yang dijalani saat ini. Seperti yang dikatakan Jamillah “Dalam
urusan rejeki saya hanya bisa berdoa dengan yang maha kuasa, rejeki nya orang
itu sendiri-sendiri mas” jawab Jamillah dalam sela-sela menjuali pelanggan,
kemudian ia menambahkan bahwa hidup itu sudah susah mas, jangan di buat susah
lagi”
Pekerjaan yang dilakukan oleh Jamillah boleh di bilang
cukup berat, dimana ia harus berangkat jam 4 sore sampai jam 3 subuh untuk
berjualan, sedangkan pagi sampai siang ia memilih untuk beristirahat.
Sebelumnya Jamillah
pernah bekerja menjadi tukang sate di dekat rumahnya, hanya saja menurutnya
pekerjaan menjadi tukang sate sangat melelahkan dan ibu Jamillah merasa kurang
cocok bekerja sebagai tukang sate,
Setelah itu
karena terlalu memforsir tenaga untuk bekerja sebagai tukang sate, akhirnya Jamillah
sempat menganggur selama 1 tahun. Setelah itu ia mencoba bekerja menjadi
pedagang asongan bus, hanya saja sebagai pedagang asongan yang tidak resmi,
karena ia lebih suka jika keuntungan dari hasi dagangan itu langsung didapat sendiri
tanpa harus menyetor kepada bos yang memperkerjakan, tidak seperti pedagang
asongan resmi yang memang benar wilayah untuk berjualannya lebih luas jika
dibandingkan dengan Jamillah yang hanya boleh berjualan agak jauh dari
pangkalan bus.
Di teminal
Bungurasih pedagang asongan dibagi menjadi 2, yang pertama adalah pedagang
asongan resmi dan pedagang asongan yang tidak resmi. Pedagang asongan resmi
adalah pedagang asongan yang dibayar atau digaji oleh pihak pemilik bus, hanya
saja keuntungan dari penjualan tersebut harus disetorkan kepada pihak pemilik
bus, selanjutnya adalah pedagang asongan yang tidak resmi, pedagang asongan
tidak resmi adalah pedagang asongan yang bekerja sendiri, jadi berbeda dengan
pedagang asongan resmi yang harus menyetorkan keuntungannya kepada pihak
pemilik bus, pedangan asongan tidak resmi mengambil sendiri keuntungannya tanpa
harus menyetorkan ke bos.
Sebagai pedagang
asongan resmi wilayah yang bisa dijangkau sangat luas tanpa harus takut ada
yang merazia, berbeda dengan pedagang asongan yang tidak resmi yang memiliki
batas-batas yang tidak boleh dilewati, walaupun pedagang asongan resmi tidak
boleh melewati batas-batas yang sudah ditetapkan oleh dinas perhubungan,
sebagai pedagang asongan tidak resmi Jamillah memberanikan diri untuk melewati
batas-batas tersebut, dengan alasan batas-batas yang sudah ditetapkan oleh
dinas perhubungan kurang ramai pembeli, atau bahkan tempat tersebut terlihat
kumuh dan pembeli juga enggan untuk membeli disana.
Pekerjaan yang dilakukan Jamillah tidaklah mudah karena
terkadang harus melayani pembeli yang dianggap jahil atau harus berpindah ke
tempat yang teduh karena pada saat itu cuaca kurang mendukung karena hujan
mengguyur terminal bungurasih itu, selain hujan terkadang panas terik matahari
yang menyengat membuat ia harus berpindah ke tempat yang lebih teduh dan
dingin.
Yang patut di contoh dalam diri Jamillah adalah meskipun
dengan pekerjaan berat seperti itu ibu Jamillah masih bisa tersenyum dalam
melayani pembeli di terminal Bungurasih, karena menurutnya dengan kita
tersenyum maka masalah yang ada dapat terlupakan sejenak dan dapat membuat hati
menjadi tenang
No comments:
Post a Comment